Selasa, 20 Januari 2009

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan?

APAKAH TUHAN MENCIPTAKAN KEJAHATAN? (Kisah Nyata)


Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?
Apakah kejahatan itu ada?
Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakansemuanya".
"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.
"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan.
Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.
"Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professortersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi diatelah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?" "Tentu saja," jawab si ProfesorMahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali.
Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dinginuntuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada.
Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kitapelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.
"Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telahkukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkaratersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak.
Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.
Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untukmendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dariketiadaan cahaya."Profesor itu terdiam.


Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Cerita Anak Berbakti dan Ikan Long Li

Hampir semua masyarakat keturunan Tionghoa yang pernah pergi ke Amerika Utara mengetahui bahwa semua rumah makan yang dikelola oleh orang Tionghoa, selalu menyediakan ikan yang sangat digemari oleh orang Tionghoa itu sendiri. Ikan itu bernama ikan Long Li.Ikan jenis ini dagingnya sangat lezat dan sedap, ikan tersebut hanya satu sisi saja yang berdaging dan sisi lain tidak berdaging, tubuhnya juga memiliki dua warna yang berbeda, sisi yang tidak berdaging berwarna putih, dan sisi yang berdaging berwarna cokat tua.Mengapa ikan ini berbeda dengan jenis ikan yang lain? Simak kisah yang mengharukan di bawah ini!Dahulu kala tinggallah seorang anak muda bersama ibunya yang buta. Karena menderita sakit, maka ibunya hanya bisa berbaring di atas ranjang sepanjang tahun.Musim dingin pada bulan Desember tahun itu, salju sedang beterbangan turun, ibunya sudah beberapa hari berturut-turut tidak makan. Anak muda yang sangat mencemaskan ibunya itu lalu bertanya, “Ibu, makanan apa yang ibu inginkan?”Ibunya memahami keadaannya yang sangat miskin, dia sendiri sepanjang tahun hanya bisa berbaring di atas ranjang yang malah akan memperberat tanggungan keluarga. Kali ini dia sudah membulatkan tekad tidak makan dan minum dan menunggu ajal tiba.Sang anak sangat cemas, ia berharap ibunya bisa makan sedikit, walaupun itu hanya sedikit bubur tajin untuk menyelamatkan nyawa ibunya dari maut. Ibunya juga mengetahui di saat musim dingin seperti ini, permukaan sungai pun sudah beku menjadi es, bagaimanapun juga anaknya tidak akan bisa menyulap seekor ikan untuk dimakan. Agar anaknya tetap di rumah dan tidak pergi ke mana-mana, dengan nada yang tidak bersungguh-sungguh dia berkata bahwa dia ingin makan ikan.Pemuda ini adalah seorang yang sangat berbakti. Dia mengira ibunya benar-benar ingin makan ikan, dia sangat girang sekali, dia pun beranggapan kali ini ibunya pasti akan tertolong. Tetapi saat dia menengok keluar rumah, di luar hanyalah terlihat hamparan salju yang putih, angin utara sedang bertiup menderu-deru. Si pemuda kembali khawatir, ia tidak tahu harus kemana untuk mencari ikan, salju telah membekukan semua sungai menjadi es.Tetapi karena sangat ingin menolong ibunya, dengan membulatkan tekad, pemuda itu meminta ibunya untuk me-nunggu, dan dia pun berlari menerjang keluar menuju ke sungai yang berada di dekat rumahnya. Pemandangan yang ada di depan matanya saat itu hanyalah permukaan sungai yang tertutup oleh salju dan es yang sangat tebal. Mustahil untuk mendapatkan ikan dalam kondisi seperti ini.Hatinya pun gelisah. Tapi dia sangat ingin sekali memenuhi keinginan ibunya. Dia lalu berdoa kepada Tuhan dan dewa penjaga sungai agar membantu untuk menolong ibunya. Kemudian, dia membuka baju dan menggunakan panas tubuhnya yang sangat lemah itu untuk mencairkan permukaan sungai yang sangat dingin menusuk tulang itu.Dapat dikatakan apa yang terjadi kemudian sungguh aneh. Mungkin berkat ketulusan hati si pemuda itu sehingga doanya membuahkan hasil. Secara ajaib salju dan es yang menutupi permukaan sungai itu sebagian mencair dengan cepat. Mendadak seekor ikan segar melompat keluar ke atas permukaan es.Pemuda itu menjadi girang dan ia sangat bersyukur kepada Tuhan, serta berterima kasih kepada ikan itu. Seumur hidupnya dia tidak pernah membunuh, saat itu dia memegang ikan itu dan berkata, “Saya sebenarnya tidak ingin melukaimu, saya hanya ingin menolong ibu, terpaksa saya harus mengambil dagingmu sedikit.”Si pemuda hanya mengambil daging ikan itu dari satu sisi saja dan tidak melukai organ dalam ikan itu, lalu ikan itu dia lepaskan kembali ke dalam sungai.Di kemudian hari ikan tadi dinamakan ikan berbakti. Dan sekarang oleh masyarakat keturunan Tionghoa yang hidup diluar negeri, ikan ini disebut ikan Long Li.Malam itu, si pemuda segera memasak dan menyuapi ibunya yang sekarat dengan sup ikan yang lezat itu. Sangat ajaib, setelah minum sup ikan itu tubuh ibunya kian hari kian membaik dan penglihatannya pun berangsur-angsur pulih.Suatu niat dan kelakuan yang begitu agung, sungguh telah menggetarkan dan mengharukan langit dan bumi, akhirnya ia akan mendapatkan balasan dengan apa yang disebut keajaiban oleh manusia. Meskipun banyak orang tidak mempercayainya, tetapi keajaiban ini benar-benar pernah dialami oleh orang-orang tertentu.Ada orang yang telah divonis oleh dokter bahwa sakitnya sudah tidak dapat disembuhkan, tetapi akhirnya ia mendapatkan kesembuhan yang tak terduga; ada yang sedang dalam kesulitan keuangan untuk membayar uang masuk sekolah anaknya, tiba-tiba mendapatkan rejeki senilai persis yang diperlukan untuk keperluan sekolah anaknya, dan lain-lain kejadian lagi. Semua hal-hal mengharukan ini sebenarnya menandakan apa? Tak lain dan tak bukan adalah untuk mengingatkan manusia bahwa Sang Pencipta senantiasa tahu akan perilaku, hati dan pikiran setiap insan-Nya!Ada orang merasa telah menjadi orang baik, tetapi mengapa malang nasibnya?Sesungguhnya, orang yang benar-benar baik, ia tidak akan mengeluh terhadap nasibnya. Ia akan sepenuhnya menyadari bahwa Yang Kuasa adalah Maha Belas Kasih, tentu telah mengatur nasibnya sedemikian rupa adalah untuk kebaikannya juga. Sang Pencipta tentu punya maksud-maksud lain yang tidak kita pahami.Orang yang menganggap dirinya sendiri orang baik, apakah benar-benar baik? Dia mungkin ramah kepada semua orang, tetapi apakah hatinya tidak dipenuhi dengan kedengkian, dan apakah pikirannya benar-benar bersih dari hal-hal yang kotor dan jahat? Lagi pula dengan mengeluh, bukankah itu berarti dia sedang menyalahkan Sang Pencipta?